MAKALAH OKSIGEN, BELERANG DAN SELENIDA

Posted on Updated on


BAB I

PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang

Pengetahuan tentang unsur dan senyawanya sudah sedemikian luas dan semuanya hanya dipelajari dengan menggunakan sistem periodik unsur. Pada saat ini tidak mungkin lagi untuk mempelajari lagi sifat masing-masing unsur dan se-nyawanya satu demi satu secara terpisah tetapi berdasarkan golongan unsur. Beberapa aspek tentang unsur, seperti ukuran atom, potensi elektroda dan sebagainya dapat digunakan untuk memahami sifat unsur dan senyawanya.

Golongan VIA atau yang biasa disebut dengan golongan kalkogen terdiri dari oksigen, sulfur, selenium, telerium dan polonium. Unsur-unsur tersebut memiliki beberapa perbedaan baik itu berdasarkan sifat fisika, sifat kimia, maupun ikatannya. Perbedaan tersebut juga dapat mempengaruhi sifat kereaktifannya untuk membentuk persenyawaan dengan atom lain, sehingga dengan demikian terdapat juga perbedaan ikatannya dan kegunaannya.

1.2          Rumusan Masalah

  1. Bagaimanakah sifat fisika dan kimia golongan VI A?
  2. Bagaimanakah kecenderungan sifat fisika dan kimia golongan VI A?
  3. Bagaimanakah persenyawaan oksigen,sulfur dan selenium?

 

1.3          Tujuan

  1. Mengetahui sifat fisika dan kimia golongan VI A.
  2. Mengetahui kecenderungan sifat fisika dan kimia dari golongan VI A
  3. Mengetahui persenyawaan golongan VI A.

1.4 Batasan Masalah

Membahas sifat-sifat  kimia, fisika dan persenyawaan  golongan kalkogen yaitu oksigen, sulfur dan selenium

1.5 Manfaat

Mengetahui dengan jelas sifat-sifat fisika, kimia dan persenyawaan secara umum dari oksigen, sulfur dan selenium

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Oksigen (O)

 


Oksigen pertama kali ditemukan oleh seorang ahli obat Carl Wilhelm Scheele. Ia menghasilkan gas oksigen dengan mamanaskan raksa oksida dan berbagai nitrat sekitar tahun 1772. Scheele menyebut gas ini ‘udara api’ karena ia merupakan satu-satunya gas yang diketahui mendukung pembakaran. Ia menuliskan pengamatannya ke dalam sebuah manuskrip yang berjudul Treatise on Air and Fire, yang kemudian ia kirimkan ke penerbitnya pada tahun 1775. Namun, dokumen ini tidak dipublikasikan sampai dengan tahun 1777

Pada saat yang sama, seorang pastor Britania, Joseph Priestley, melakukan percobaan yang memfokuskan cahaya matahari ke raksa oksida (HgO) dalam tabung gelas pada tanggal 1 Augustus 1774. Percobaan ini menghasilkan gas yang ia namakan dephlogisticated air. Ia mencatat bahwa lilin akan menyala lebih terang di dalam gas tersebut dan seekor tikus akan menjadi lebih aktif dan hidup lebih lama ketika menghirup udara tersebut. Setelah mencoba menghirup gas itu sendiri, ia menulis: “The feeling of it to my lungs was not sensibly different from that of common air, but I fancied that my breast felt peculiarly light and easy for some time afterwards.” Priestley mempublikasikan penemuannya pada tahun 1775 dalam sebuah laporan yang berjudul “An Account of Further Discoveries in Air”. Laporan ini pula dimasukkan ke dalam jilid kedua bukunya yang berjudul Experiments and Observations on Different Kinds of Air. Oleh karena ia mempublikasikan penemuannya terlebih dahulu, Priestley biasanya diberikan prioritas terlebih dahulu dalam penemuan oksigen.

Seorang kimiawan Perancis, Antoine Laurent Lavoisier kemudian mengklaim bahwa ia telah menemukan zat baru secara independen. Namun, Priestley mengunjungi Lavoisier pada Oktober 1774 dan memberitahukan Lavoisier mengenai eksperimennya serta bagaimana ia menghasilkan gas baru tersebut. Scheele juga mengirimkan sebuah surat kepada Lavoisier pada 30 September 1774 yang menjelaskan penemuannya mengenai zat yang tak diketahui, tetapi Lavoisier tidak pernah mengakui menerima surat tersebut (sebuah kopian surat ini ditemukan dalam barang-barang pribadi Scheele setelah kematiannya).

 

 

Di alam ditemukan di atmosfer bumi (sebesar 21% volume) sebagai molekul diatom (O2); tak berwarna, tak berbau, tak berasa, larut dalam air, dapat bereaksi hampir dengan semua unsur dan menjadi komponen pertama pembakaran. Oksigen juga ditemukan dalam keadaan terikat sebagai senyawa pada kerak bumi  (42,9% massa) ± 2/3 dari masa tubuh manusia, dan 9/10 bagian masa dari air. Dibuat untuk tujuan komersial melalui destilasi bertingkat udara cair. Oksigen alam merupakan campuran dari 3 isotopnya yang stabil, dikenal ada 8 isotop oksigen, dalam wujud cair dan padat berwrna biru muda/pucat dan bersifat paramagnetik. Gas oksigen digunakan dalam bidang medis, untuk pembakaran, untuk pernapasan dan untuk pembuatan banyak senyawa terutama senyawa organik. Bentuk alotrop dari oksigen adalah ozon bersifat sangat reaktif (Mulyono.2008:308).

2.1.2 Sifat Fisik Oksigen

Sifat fisik oksigen

Simbol                         :  O

Nomor atom                : 8

Massa atom relatif       : 15,99999 gram/mol

Titik lebur                    : -218,4 oC

Titik didih                   : -182,96 oC

Densitas (gas) : 1,429 gram/ liter

Densitas (cair)             : 1,14 gram/liter (-182,96oC)

Bilangan oksidasi        : +2

 

2.1.3 Sifat Kimia Oksigen

Senyawaan oksigen dengan semua unsur kecuali He, Ne dan mungkin Ar dikenal. Molekul oksigen (dioksigen, O2) bereaksi dengan semua unsur lain kecuali halogen, beberapa logam mulia, dan gas-gas mulia baik dalam suhu ruangan atau pada pemanasan. Kimia oksigen menyangkut pemenuhan konfigurasi neon dengan salah satu cara berikut ini (Cotton.2007: 349):

  1. 1.        Penggabungan elektron membentuk O2-

Oksida. Ranah sifat fisika yang diperhatikan oleh oksida biner dari unsurnya melengkapi ranah jenis ikatan mulai yang benar-benar ionik sampai yang benar-benar kovalen. Pembentukan ion oksida dari molekul oksigen memerlukan banyak energy, kira-kira 1000 Kj/mol:

½ O2 (g)                       O (g)                ∆H= 248 Kj/mol

O (g) + 2e                    O2-(g)                         ∆H= 752 Kj/mol

Molekul oksigen yang benar-benar kovalen adalah senyawaan seperti CO2, SO2 NO2, dan sebagainya.

  1. Pembentukan dua ikatan kovalen tunggal -O- atau ikatan rangkap dua =O, seperti dialam (CH3)2C=O atau Cl5Re=O.
  2. Pembentukan satu ikatan tunggal dan penggabungan elektron seperti dalam OH atau OEt.
  3. 4.          Pembentukan tiga atau yang kurang umum, empat ikatan kovalen seperti dalam ion oksonium H3O+, R3O+ dan Be4(CO2CH3)6.

Pembentukan ion oksonium analog dengan pembentukan ion ammonium;

NH3 + H+                    NH4+

OH2 + H +                         OH3+

2.1.4 Klasifikasi Oksida

  1. Oksida asam

Oksida asam adalah oksida dari unsur non logam dan oksida unsur blok  d dengan bilangan oksidasi besar (Achmad.2001; 28)

SO3 (g) + H2O (l) → 2H+ (aq) + SO42- (aq)

CO2 (g) + H2O (l) → 2 H+ (aq) + CO32- (aq)

CrO3 (s) + H2O (l) → 2H+ (aq) + CrO42- (aq)

  1. Oksida basa

Oksida ini bereaksi dengan air membentuk basa (Achmad.2001; 29)

CaO (s) + H2O (l) → Ca2+ (aq) + 2 OH (aq)

Na2O (s) + H2O (l) → 2 Na+ (aq) + 2 OH (aq)

  1. Oksida amfoter

Oksida ini dapat bereaksi dengan asam maupun basa (Achmad.2001; 29)

ZnO (s) + 2 HCl → ZnCl2 (g) + H2O (l)

ZnO (s) + 2 OH (aq) + H2O (g) → Zn (OH)42- (aq)

      Beberapa logam oksida yang bersifat amfoter seperti BeO, Al2O3, Ga2O3, SnO, PbO dan ZnO

  1. Oksida netral

Oksida ini  berikatan kovalen satu sama lainnya dan tidak bereaksi dengan asam maupun basa misalnya, NO,NO2, dan CO.

  1. Oksida campuran

Oksida ini merupakan campuran dari oksida sederhana misalnya: P3O4 merupakan campuran PbO dan PbO2

  1. Hidrogen peroksida (H2O2).

H2O2 adalah hidrida oksigen yang tidak stabil, yang mengandung gugus          –O-O-. lemahnya ikatan antara dua oksigen yang menyebabkan hidrogen peroksida tidak stabil (Achmad.2001: 33).

H2O2 murni dalah cairan tidak berwarna (titik didih 152,1 o C titik beku -0,41 oC). H2O2 memiliki sifat mirip dengan air dan bahkan jauh lebih banyak bergabung melalui ikatan hydrogen dan 40 % lebih padat daripada H2O. H2O2 memiliki tetapan dielektrik yang lebih tinggi namun pemanfaatannya sebagai suatu pelarut pengion dibatasi oleh sifat pengoksidasi yang kuat dan kemudahannya terdekomposisi dengan adanya runtutan ion logam berat sesuai dengan reaksi:

2 H2O2  → 2 H2O + O2

      Larutan H2O2 3% dapat dibeli di apotik untuk digunakan sebagai antiseptik. Oleh karena daya pengoksidasinya, H2O2 dapat membunuh bakteri dan penguraiannya dapat dikatalisa oleh darah. Larutan yang lebih pekat dapat dipakai untuk memutihkan baju (Achmad.2001: 33).

 

  1. Peroksida dan superoksida

Ion superoksida, O2-, dan ion peroksida, O22-, adalah anion-anion dioksigen. Keduanya dapat diisolasi sebagai garam logam alkali. Ada keadaan oksidasi lain, O2+, yang disebut kation dioksigen (1+), dan dapat diisolasi sebagai garam dengan anion yang cocok.

 Peroksioda ionic dibentuk oleh logam alkali yaitu: Ca, Sr dan Ba. Natrium peroksida dibuat dengan cara komersial dengan oksidasi udara Na, pertama-tama menjadi Na2O2; ia berupa bubuk kekuningan yang sangat higroskopik disamping stabil secara termal pada 500 oC (Cotton. 2007: 356 )

Superoksida ionik MO2 , dibentuk oleh interaksi O2 dengan K, Rb, atau Cs sebagai padatan Kristal kuning sampai jingga. Reaksi dengan CO2 yang melibatkan intermediet peroksokarbonat, digunakan untuk menghilangkan CO2 dan meregenerasi O2 dalam system tertutup. Reaksi keseluruhannya adalah sebagai berikut ini (Cotton.2007:357) :

4 MO2 (s) + 2 CO2 (g)  → 2 M2CO3 (s) + 3 O2 (g)

 

Tabel 2.1 Bilangan Oksidasi Oksigen

 

  1. Senyawaan-senyawaan perokso yang lain.

Terdapat banyak peroksida organik dan hidroperoksida. misalnya Asam peroksokarboksilat CH3C(O)OOH, dapat diperoleh dengan mereaksikan H2O2 pada anhidra asam. Asam perokso adalah oksidator kuat yang berguna dan sumber radikal bebas. Senyawaan perokso organik juga diperoleh dengan otoksidasi eter, alkena dan sejenisnya dan dibiarkan kena udara. Otoksidasi adalah suatu reaksi rantai radikal bebas yang diawali oleh radikal yang dibebaskan oleh interaksi oksigen dan runutan logam seperti Cu, Co atau Fe. Penyerangan pada ikatan C-H reaktif yang spesifik oleh radikal X (Cotton.2007: 357).

  1. Kation Dioksigenil

Interaksi PtF6 dengan O2 memberikan padatan jingga O2PtF6, isomorf dengan KPtF6 yang mengandung ion paramagnetic O2+. Reaksi ini penting karena ia membantu barlet untuk mereaksikan PtF6 dengan xenon (Cotton.2007: 358).

  1. Kompleks dioksigen

Reaksi dioksigen dengan suatu kompleks disebut dengan oksigenasi sebagai kebalikan dari oksidasi. Reaksi-reaksi oksigenasi adalah umum meskipun tidak benar-benar reversibel. Yaitu pada kenaikan suhu atau pada pengurangan tekanan parsial O2, ligan oksigen hilang dengan disosiasi atau pemindahan ke akseptor lain (yang menjadi teroksidasi) (Cotton.2007: 359).

Sifat ikatan logam ke dioksigen tidak diketahui secara jelas. Kedua orbital dan dari atom oksigen mempunyai peran tertentu (Cotton.2007:359).

11. Air (H2O)

Air merupakan oksida hidrogen dari O. Sembilan puluh tujuh persen air ada di laut, 2 % ada sebagai es di kutub dan air tawar hanya merupakan sedikit sisanya saja. Sifat kimia dan fisika dasar air sangat penting dalam kimia. Sifatsifat kimia utamanya diberikan dalam Tabel 4.1. Sebagian besar sifat anomali air disebabkan oleh ikatan hidrogen yang kuat. Sifat fisik air berbeda cukup besar dengan keberadaan isotop hidrogen. Paling tidak ada 9 polimorf es yang diketahui dan struktur kristalnya bergantung pada kondisi pembekuan es. Air memiliki sudut ikatan 104.5o dan panjang ikatan 95.7 pm dalam molekul bebasnya. Autoionisasi air menghasilkan ion oksonium, H3O+. Penambahan air lebih lanjut menghasilkan [H(OH2)n]+ (H5O2+, H7O3+, H9O4+, dan H13O6+), dan struktur berbagai spesies ini telah ditentukan.

 

2.1.4 Keberadaan,Sifat dan Alotrop

Oksigen memiliki 3 isotop yaitu 16O (99,759%), 17O (0,0374%) dan 18O (0,2039%). dis tilasi bertingkat dari air menyebabkan konsentrat yang mengandung air sampai dengan 97% atom 18O atau sampai dengan 4% atom 17O, dapat dibuat. 18O digunakan sebagai runtutan dalam studi mekanisme reaksi senyawaan oksigen. Meskipun 17O mempunyai spin inti (5/2), kelimpahan yang rendah mempunyai arti bahwa diperlukan akumulasi spektrum dan atau metode Transformasi Fourier, meskipun digunakan contoh yang diperkaya (Cotton.2007: 351).

Isotop oksigen 16O (kelimpahan 99.762 %), 17O (0.038%), dan 18O (0.200%). 17O memiliki spin I= 5/2 dan isotop ini adalah nuklida yang penting dalam pengukuran NMR. 18O digunakan sebagai perunut dalam studi mekanisme reaksi. Isotop ini juga bermanfaat untuk penandaan garis absorpsi spektrum IR atau Raman dengan cara efek isotop. Dioksigen  O2, dalam keadaan dasar memiliki dua spin yang tidak paralel dalam orbital molekulnya, menunjukkan sifat paramagnetik dan disebut oksigen triplet. Dalam keadaan tereksitasi, spinnya berpasangan dan dioksigen menjadi diamagnetik, disebut oksigen singlet. Oksigen singlet sangat penting untuk sintesis kimia, sebab oksigen singlet ini memiliki kereaktifan karakteristik. Oksigen singlet dihasilkan dalam larutan dengan reaksi transfer energi dari kompleks yang teraktivasi oleh cahaya atau dengan pirolisis ozonida (senyawa O3).

1.4.1.      Ozon

Ozon merupakan senyawa yang tidak stabil, gas berwarna biru tua dan bersifat diamagnetik. Titik didih sebesar -112 oC. Trioksigen (O3), dikenal sebagai ozon, merupakan alotrop oksigen yang sangat reaktif dan dapat merusak jaringan paru-paru Ozon diproduksi di atmosfer bumi ketika O2 bergabung dengan oksigen atomik yang dihasilkan dari pemisahan O2 oleh radiasi ultraviolet (UV). Oleh karena ozon menyerap gelombang UV dengan sangat kuat, lapisan ozon yang berada di atmosfer berfungsi sebagai perisai radiasi yang melindungi planet. Lapisan ozon yang berada dalam atmosfer bumi dapat menyerap radiasi sinar UV (λ 255 nm) yang berasal dari matahari sehingga dapat melindungi manusia di bumi. Penggunaan lemari es dan alat elektronik lainnya yang mengandung Chlorofluorocarbons (CFC) akan dapat merobek lapisan ozon sehingga  lapisan   ozon akan rusak.

Molekul O3 simetris dan bengkok, memiliki sudut ikatan sebesar 117o dan panjang ikatan sebesar 1,28 Ǻ. oleh karena ikatan O–O berjarak 1,49 Ǻ dalam HOOH (ikatan-ikatan tunggal) dan 1,21 Ǻ dalam O2 (ikatan rangkap dua) nampaknya ikatan O–O dalam O3 harus mempunyai sifat ikatan rangkap dua. Dalam bentuk pemerian resonansi hal ini dapat diperhitungkan sebagai berikut (Cotton.2007:351):

 

Gambar struktur kanois O3

(Effendy.2006: 37)

 

O3 secara termodinamika tidak stabil dan dapat terdekomposisi menjadi O2. Dekomposisi tersebut berlangsung secara eksotermik dan dapat dikatalis dengan berbagai material. O3 dalam bentuk cair mudah meledak, merupakan oksidator kuat

3PbS + 4 O3                3PbSO4

2NO2 + O3                  N2O5 +O2

S +  H2O +O3              H2SO4

2 KOH+ 5O3               2 KO3 + 5 O2+ H2O

            Sifat-sifat Kimia Ozon.

O3 memiliki karakteristik berbau tajam, merupakan gas yang beracun. Ozon adalah zat pengoksidasi yang kuat dibandingkan dengan O2 dan bereaksi dengan banyak senyawa dalam kondisi di mana O2 tidak dapat melakukannya. Reaksi;

O3 + 2KI + H2O I2 + 2KOH + O2

Reaksi diatas adalah kuantitatif dan dapat digunakan untuk analisis. Jumlah O3 dalam suatu campuran gas dapat ditentukan dengan melewatkan sampel gas ke dalam larutan KI yang telah diatur pHnya dengan larutan buffer borat (pH 9,2) kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat.

O3 + 2 K+ + 2 I                       I2 + 2 KOH+ O2

Ozon digunakan untuk oksidasi senyawaan organik dan dalam pemurnian air. Ozon digunakan untuk oksidasi senyawaan organik dan dalam pemurnian air. Mekanisme oksidasi mungkin melibatkan proses rantai radikal bebas demikian juga intermediet dengan gugus –OOH. Dalam larutan asam O3 hanya diungguli dalam kekuatan oksidasinya oleh F2, ion perxentat, atom oksigen, radikal OH, dan sejumlah kecil spesies yang lainnya.

Proses lapisan ozon yang melindungi bumi dari sinar UV.

 Ozon merupakan penyusun utama lapisan atmosfer khususnya stratosfer pada ketinggian 15 sampai 25 km. pada ketinggian ini konsentrasi ozon mencapai 10 ppm. Dibawah ketinggian ini konsentrasi oksigen hanya sebesar 0,04 ppm. Dilapisan ozon ini terbentuk dari oksigen. Mula-mula radiasi ultraviolet dari matahari dengan panjang gelombang kurang dari 255 nm, menguraikan molekul oksigen menjadi atom oksigen.

O2   →  2O

Kemudian atom oksigen segera bereaksi dengan molekul oksigen lainnya membentuk ozon

O + O2 →  O3

Ozon juga menyerap sinar UV namun panjang gelombang yang berbahaya bagi makhluk hidup yaitu panjang gelombang 240 nm sampai 310 nm. Pada penyerapan ini ozon terurai menjadi atom oksigen dan molekul oksigen, dan mengubah energy kinetic dari atom O dan molekul O2 menjadi kalor. Dengan demikian sebagian besar sinar UV dari matahri diserap sebelum sampai ke permukaan bumi. Oleh karena radiasi UV dapat merusak sel makhluk hidup, lapisan ozon melindungi manusia dan tumbuhan dari kerusakan ini (Achmad.2001; 29-30)

1.4.2.      Dioksigen

Sifat kimia dioksigen mudah larut dalam pelarut organik, potensial eletroda dalam O2 dalam air netral menunjukkan bahwa O2 adalah oksidator yang cukup baik. Ikatan yang terjadi dalam senyawa dioksigen ini adalah ikatan kovalen

  1. 2.      Belerang  (S)

Sulfur atau belerang adalah unsur kimia di dalam tabel periodik unsur memiliki simbol S dengan nomor atom 16. Unsur bukan non-logam berwarna kuning muda, padatannya mengkilap, tidak berbau, tidak larut dalam air tetapi larut dalam CS2. Pada berbagai keadaan baik, padat, cair ataupun gas unsure ini mempunyai beberapa bentuk alotrop. Pada suhu kamar, bentuknya yng stabil dalam bentuk rombik, dan di atas 96,50C berunah bentuknya sebagai monoklin (kedua padatan ini mengandung cincin S8). Bentuk lainnya adalah belerang yang mengandung cincin S6 dengan struktur heksagonal, dan dapat diperoleh dengan menambahkan natrium tiosulfat (Na2S2O8) ke dalam larutan HCl, atau pengkristalan pengkristalan belerang dalam toluene. Belerang cair juga memiliki beberapa bentuk, sedikit di atas titik lelehnya berupa cairan kuning yang mengandung cincin S8 dan di atas 1600C berubah menjadi cokelat; jika lelehan belerang (±1600C) dituangkan ke dalam air dingin akan diperoleh belerang pastik (Mulyono.2008: 70).

Belerang ditemukan sebagai unsur bebas maupun sebagai biji sulfida, FeS2, PbS, ZnS dan sebagai sulfat CaSO4.2 H2O dan MgSO4.7H2O. belerang sebagai unsur  biasanya terdapat dalam lapisan kurang lebih 150 m di bawah batu karang, pasir atau tanah liat. Oleh karena itu belerang tidak dapat ditambang seperti dalam pertambangan lainnya (Achmad.2001:35).

Pada tahun 1904 Frasch berhasil mengembangkan cara untuk mengekstrak belerang yang dikenal dengan cara Frasch. Pada proses ini pipa logam berdiameter 15 cm yang terdapat 2 pipa konsentrik yang lebih kecil ditanam sampai menyentuh lapisan belerang. Uap air yang sangat panas di pompa dan dimasukkan melalui pipa luar sehingga belerang meleleh. Kemudian dimasukkan udara bertekanan tinggi melalui pipa terkecil sehingga terbentuk busa belerang dan terpompa ke atas melalui pipa ketiga. Kemurnian belerang yang keluar mencapai 99,5% (Achmad.2001:35).

Isotop utama belerang adalah 32S (kelimpahan 95.02%), 33S (0.75%), 34S (4.21% dan 36S(0.02%) , dan terdapat juga enam isotop radioaktif. Di antara isotop-isotop ini, 33S (I=3/2) digunakan untuk NMR. Karena rasio isotop belerang dari berbagai lokasi berbeda, keakuratan massa atom terbatas pada 32.07± 0.01. Karena kelektronegativan belerang (χ = 2.58) lebih kecil dari oksigen (χ = 3.44) dan belerang adalah unsur yang lunak, derajat ion ikatan senyawa belerang rendah dan ikatan hidrogen senyawa belerang tidak terlalu besar. Unsur belerang memiliki banyak alotrop, seperti S2, S3, S6, S7, S8, S9, S10, S11, S12, S18, S20, dan S∞, yang mencerminkan kemampuan katenasi atom belerang.

Unsur belerang biasanya adalah padatan kuning dengan titik leleh 112.8 °C disebut dengan belerang ortorombik (belerang α). Transisi fasa polimorf ini menghasilkan belerang monoklin (belerang β) pada suhu 95.5 °C. Telah ditentukan pada tahun 1935 bahwa belerang-belerang ini mengandung molekul siklik berbentuk mahkota (Gambar 4.18). Karena bentuknya molekular, belerang larut dalam CS2. Tidak hanya cincin yang beranggotakan 8 tetapi cincin dengan anggota 6-20 juga dikenal, dan polimer belerang heliks adalah belerang bundar yang tak hingga. Molekul S2 dan S3 ada dalam fasa gas. Bila belerang dipanaskan, belerang akan mencair dan saat didinginkan menjadi makromolekul seperti karet. Keragaman struktur belerang terkatenasi juga terlihat dalam struktur kation atau anion poli belerang yang dihasilkan dari reaksi redoks spesi yang terkatenasi.

 

2.2.1 Sifat Fisika Belerang

Sulfur atau belerang memiliki sifat fisika yaitu:

Simbol                         : S

Nomor atom                : 16

Ar                                : 32,06 gr/mol

Keelektronegatifan     : 2.58

Wujud                         : padatan

Warna                          : kuning

Titik leleh

  • Rombik           : 112,80C
  • Monoklin         : 1190C

Titik didih                   : 444,70C

Densitas (pada suhu 200C)

  • Rombik           : 2,03
  • Monoklin         : 1,96

Bilangan oksidasi        : -2, +4, +6

Konfigurasi elektron   : [Ne] 3s2 3p4

            Sulfur terdapat secara luas di alam sebagai unsur, sebagai H2S dan SO2, dalam bijih sulfida logam dan sebagai sufat seperti gipss dan anhidrit (CaSO4), magnesium sulfat dan sebagainya. Sulfur diperoleh dlam skala besar dari gas hidrokarbon alamiah seperti yang ada di Alberta dan kanada yang terdapat sampai 30% H2S. ini dapat dihilangkan melalui interaksi dengan SO2, yang diperoleh dari pembakaran sulfur dalam udara (Cotton.2007: 363).

 

2.2.2 Persenyawaan Sulfur

Senyawa belerang terdapat dalam berbagai macam bilangan oksidasi -2, +4 dan +6 (Achmad.2001: 37)

Bilangan oksidasi

Contoh

-2

H2S, S2-

0

S8

+4

SO2, H2SO3, SO32-

+6

SO3, H2SO4, SO42-, H2S2O7, SF6

2.2.2.1 Persenyawaan halida 

  1. Sulfur fluorida

Fluorinasi langsung S8 menghasilkan terutama SF6 dan runutan S2F10

  1. Sulfur tetrafluorida

Sulfur tetraflorida sangat reaktif dan terhidrolisis sempurna dengan air menjadi SO2 dan HF. Ia adalah zat flourinasi yang sangat selektif mengubah gugus C=O dan P=O secara lancar menjadi CF2 dan PF2 (Cotton.2007:366).

  1. Sulfur heksafluorida

Sulfur heksafluorida sangat tahan terhadap penyerangan kimia, keinertan, kekuatan dielektrik yang tinggi dan bobot molekul, ia digunakan sebagai pengisolasi gas dalam generator bertekanan tinggi dan peralatan listrik yang lainnya. Kereaktifan yang rendah dianggap berhubungan dengan suatu faktor penggabungan termasuk kekuatan ikatan S-F yang tinggi, dan kenyataan bahwa sulfur keduanya dijenuhkan secara koordinasi dan terhalang secara sterik. Ini berhubungan dengan faktor kinetik dan bukan karena kestabilan termodinamik (Cotton.2007: 366).

  1. Sulfur klorida

Sulfur klorida adalah pelarut untuk sulfur, memberikan diklorosulfan sampai dengan S100Cl2 yang digunakan dalam vulkanisasi karet. Mereka juga merupakan zat pengklorinasi sedang (Cotton.2007: 366).

2.2.2.2 Pembentukan Oksida dari Sulfur

  1. Sulfur dioksida (SO2)

Sulfur dioksida adalah gas tidak berwarna, berbau khas, memerihkan mata dan dapat merusak saluran pernafasan. SO2 dapat terbentuk dari pembakaran batu bara yang mengandung belerang dan pemanggangan biji sulfida. SO2 dapat larut dengan baik dalam air (Achmad.2001; 39)

SO2 (g) + H2O (l) →   H2SO3 (aq)

Sifat sulfur dioksida mudah larut dan menghasilkan asam seperti yang dijelaskan diatas mengakibatkan persoalan lingkungan di daerah dimana digunakan bahan bakar yang mengandung belerang. Jika turun hujan gas ini terlarut dalam air sehingga turun sebagai asam sulfit yang encer  (Achmad.2001; 39).

SO2 diproduksi secara secara kemersial dalam skala yang besar. Di dalam laboratorium SO2 dapat dideteksi dengan cara:

  1. Dengan baunya sendiri
  2. Karena adanya perubahan dari kertas filter dengan pengasamkan dengan larutan hijau kalium kromat, hal ini berhubungan dengan terbentuknya Cr3+.

K2Cr2O7 + 3SO2 + H2SO4                               Cr2(SO4)3 + K2SO4 + H2O

  1.  Karena adanya perubahan dari kertas biru kanji iodate (adanya kanji dan I2)

2KIO3 + 5SO2 + 4H2O                       I2 + 2KHSO4 + 3H2SO4

Metode kuantitatif untuk perhitungan SO2 di atmosfer sangatlah penting karena berhubungan dengan terjadinya hujan asam. Metode tersebut meliputi:

  • Oksidasi menghasilkan H2SO4, penentunya dengan titrasi
  • Reaksi dengan K2[HgCl4] untuk memberikan kompleks merkuri dengan bereaksi dengan pararosalin dan ditentukan dengan kolorimetri.

K2[HgCl4] + 2 SO4 + 2H2O                            K2[Hg(SO3)2] + 4 HCl

  • ·                      Pembakaran dengan api hidrogen di dalam flame photometer dan mengukum spektrum S2.
  1. Sulfur trioksida (SO3)

               Pada suhu kamar belerang trioksida berupa padatan yang terdiri dari satuan SO3 dengan struktur yang rumit. Padatan ini mudah menguap dan fasa gas SO3 terdiri dari molekul planar (Achmad.2001; 40).

 

               Molekul diatas melibatkan kedua ikatan pπ-pπ dan pπ-dπ S-O, yang membentuk polimer dalam keadaan padat (Cotton.2007:369).

               Dari hasil eksperimen diperoleh 3 ikatan S-O pada SO3 sama panjang, yaitu 141,8(1) pm. Harga ini dekat dengan panjang ikatan S-O dengan orde ikatan 2 yakni 142 pm sehingga struktur lewis SO3 yang memenuhi adalah sebagai berikut (Effendy.2006: 39)

 

               Sulfur trioksida dibuat dengan cara oksidasi belerang dioksida dengan oksigen

2 SO2 (g) + O2 (g) →  2 SO3

  1. Asam sulfat

Gas SO3 bereaksi dengan air membentuk H2SO4.

SO3(g) + H2O(l)                                  H2SO4(l)

Asam sulfat sangat penting bagi kemakmuran suatu negara industri yang erat kaitannya dengan berbagai-bagai industri. Pabrik asam sulfat memerlukan belerang dioksida yang dapat diperolah dari (Achmad, 2001: 40-41):

a)                  Pembakaran belerang

S + O2                         SO2

b)                  Pirit atau seng sulfida

Pada pemanggaman bijih-bijih logam ini dihasilkan sulfur dioksida sebagai hasil samping.

4 FeS2 + 11 O2                                    2 Fe2O3 + SO2

2 ZnS + 3 O2                           2 ZnO + 2 SO2

c)                     Anhidrit CaSO4

CaSO4 + 2 C                           2 CO2 + CaS

CaS + 3 CaSO4                          4 CaO + 4 SO2

Hampir semua asam sulfat dibuat dengan menggunakan metode kontak. Proses ini berlangsung dalam tiga tahap yaitu:

a)         Produksi SO2

Belerang dibakar dalam udara kering di ruang pembakar pada suhu 10000C

S + O2                                          SO2                                       ∆H= -297 kJ mol-1

Gas yang dihasilkan mengandung kurang lebih 10 % volume sulfur dioksida =, kemudian setelah didinginkan sampai 4000C dimurnikan dengan cara pe-ngendapan elektrostatik.

b)        Konversi SO2 menjadi SO3

Dengan menggunakan katalis (biasanya vanadium (V) oksida), sulfur dioksida direaksikan dengan udara bersih yang berlebuh. Oleh karena reaksi adalah rekasi eksotermis, gas-gas ini direksikan pada 4500C-4740C.

2 SO2 + O2                                    2 SO3                                   ∆ H= -98 kJ mol-1

Gas yang panas ini dialirkan melalui sebuah konverter yang terdiri dari empat lapisan yang dicampur dengan katalis vanadium (V) oksida. Pada lapisan pertama 70% SO2 dapat diubah menjadi SO3. Oleh karena reaksinya adalah reaksi endoterm, gas harus didinginkan terlebih dahulu sebelum mengalami konversi pada lapisan kedua pekerjaan ini diulangi sehingga sampai pada lapisan keempat 98% sulfur dioksida diubah menjadi belerang trioksida. Agar dapat mencapai 99,5% konversi, sulfur trioksida yang dihasilkan didinginkan kemudian dilarutkan dalam asam sulfat 98% sampai 99%. 

c)         Konversi SO3 menjadi H2SO4

Sulfur trioksida yang dihasilkan didinginkan kemudian dilarutkan dalam H2SO4 98% sehingga menghasilkan asam 98,5% yang diencerkan dengan air.

  1. i.         SO3 + H2SO4                                    H2S2O7
  2. ii.        H2S2O7 + H2O                                     2 H2SO4

Reaksi keseluruhannya adalah

H2O + SO3                                        H2SO4                     ∆H= -130 kJ mol-1

4.Asam tiosulfat (H2S2O3)

 Walaupun asam ini akan dihasilkan bila tiosulfat diasamkan, asam bebasnya tidak stabil.  Ion S2O32- dihasilkan dengan mengganti satu oksigen dari ion SO42-dengan belerang, dan asam tiosulfat ini adalah reduktor sedang.

5.Asam sulfit (H2SO3) 

Garam sulfit sangat stabil namun asam bebasnya belum pernah diisolasi.  Ion SO32- memiliki simetri piramida dan merupakan reagen pereduksi.  Dalam asam ditionat, H2S2O6, ion ditionat, S2O62-, bilangan oksidasi belerang adalah +5, dan terbentuk ikatan S-S.  Senyawa ditionat adalah bahan pereduksi yang sangat kuat

6. s

7.Oksida lainnya.

Contohnya adalah S2O, S6O, S10O

2.3 Selenium  (Se)

Ditemukan oleh Berzellius  pada tahun 1817, yang menemukannya bergabung bersama tellurium (namanya diartikan sebagai bumi). Selenium ditemukan dalam beberapa mineral yang cukup langka seperti kruksit dan klausthalit. Beberapa tahun yang lalu, selenium didapatkan dari debu cerobong asap yang tersisa dari proses bijih tembaga sulfida. Sekarang selenium di seluruh dunia dihasilkan dari pemurnian kembali logam anoda dari proses elektrolisis tembaga. Selenium diperoleh dari memanggang endapan hasil elektrolisis dengan soda atau asam sulfat, atau dengan meleburkan endapan tersebut dengan soda  dan niter (mineral  yang mengandung kalium nitrat).

Unsur yang tergolong nonlogam dengan memiliki beberapa alotrop. Kedua smorfnya berwarna merah (berupa serbuk) dan berwarna hitam (mirip kaca), sebagai kristal monoklin (berwarna merah tua) dan kristal heksagonal (abu-abu mengkilap, paling stabil). Di alam ditemukan dalam mineral keruksit {(Cu.Tl.Ag)2Se}, dan bijih zorgit (PbSe.Cu2Se). Selenium alam merupakan campuran dari 6 isotopnya yang stabil, dan 14 isotopnya yang tidak bersifat stabil. Sifat kimia selenium mirip dengan unsur segolongannya terutama mirip belerang dalam beberapa hal dan senyawanya. Selenium mempunyai kemampuan fotokonduktif (menurunkan hambatan listrik dssssengan naiknya iluminasi). Sifat terakhir ini yang menjadikan unsur nonlogam ini digunakan untuk memproduksi fotosel dan pengatur pencahayaan pada fotografi dan jua digunakan dalam xerografi untuk penggandaan (fotokopi) dokumen dan pada industry kaca digunakan sebagai penyerap warna kaca dan untuk pembuatan kaca/enamel berwarna merah delima (Mulyono. 2008).

2.3.1 Sifat Fisika Selenium

Adapun sifat fisika dari selenium yaitu:

Simbol                         : Se

Radius Atom               : 1.4 Å

Volume Atom              : 16.5 cm3/mol

Massa Atom                : 78.96

Titik Didih                   : 958 K

Radius Kovalensi        : 1.16 Å

Struktur Kristal           : Heksagonal

Massa Jenis                 : 4.79 g/cm3

Konduktivitas Listrik  : 8 x 106 ohm-1cm-1

Elektronegativitas       : 2.55

Konfigurasi Elektron  : [Ar]3d10 4s2p4

Formasi Entalpi           : 5.54 kJ/mol

Konduktivitas Panas   : 2.04 Wm-1K-1

Potensial Ionisasi        : 9.752 V

Titik Lebur                  : 494 K

Bilangan Oksidasi       : -2,4,6

Kapasitas Panas          : 0.32 Jg-1K-1

Entalpi Penguapan      : 26.32 kJ/mol

2.3.2 Sifat kimia

Selenium berada dalam beberapa bentuk allotrop, walaupun hanya dikenal tiga bentuk. Selenium bisa didapatkan baik dalam struktur amorf maupun kristal. Selenium amorf bisa berwarna merah (bentuk serbuk) atau hitam (dalam bentuk seperti kaca). Selenium kristal monoklinik berwarna merah tua. Sedangkan selenium kristal heksagonal, yang merupakan jenis paling stabil, berwarna abu-abu metalik.

Selenium menunjukkan sifat fotovoltaik, yakni mengubah cahaya menjadi listrik, dan sifat fotokonduktif, yakni menunjukkan penurunan hambatan listrik dengan meningkatnya cahaya dari luar (menjadi penghantar listrik ketika terpapar cahaya dengan energi yang cukup). Sifat-sifat ini membuat selenium sangat berguna dalam produksi fotosel dan exposuremeter untuk tujuan fotografi, seperti sel matahari. Di bawah titik cairnya, selenium adalah semikonduktor tipe p dan memiliki banyak kegunaan dalam penerapan elektronik .

Selenium telah dikatakan non toksik, dan menjadi kebutuhan unsur yang penting dalam jumlah sedikit. Namun asam selenida dan senyawa selenium lainnya adalah racun, dan reaksi fisiologisnya menyerupai arsen.

 

 

 

2.3.3 Isotop

Selenium di alam mengandung enam isotop stabil. Lima belas isotop lainnya  pun telah dikenali. Unsur ini termasuk dalam golongan belerang dan menyerupai sifat belerang baik dalam ragam bentuknya dan senyawanya.

2.3.4 Asam okso dari selenium

            Selenium terbentuk dari 2 asam okso yaitu, asam selenuis H2SeO3 dan asam selenik H2SeO4. Asam selenius terbentuk saat SeO2 yang dilarutkan dalam air. H2SeO4 merupakan asam kuat seperti H2SO4. Dan keduanya merupakan asam pengoksidasi

2.3.5 Kegunaan

Selenium digunakan dalam xerografi untuk memperbanyak salinan dokumen, surat dan lain-lain. Juga digunakan oleh industri kaca untuk mengawawarnakan kaca dan untuk membuat kaca dan lapisan email gigi yang berwarna rubi. Juga digunakan sebagai tinta fotografi dan sebagai bahan tambahan baja tahan karat.

2.3.6 Penanganan

Asam selenida pada konsentrasi 1.5 ppm tidak boleh ada dalam tubuh manusia. Selenium dalam keadaan padat,  dalam jumlah yang cukup dalam tanah, dapat memberikan dampak yang fatal pada tanaman pakan hewan.  Terpapar dengan senyawa selenium di udara tidak boleh melebihi kadar 0.2 mg/m3 (selama 8 jam kerja perhari-40 jam seminggu)

  1. 3.                  Persenyawaan  dari Sulfur dan Selenium secara umum

3.1.            Pembentukan Oksohalida

Hanya S dan Se yang dapat membentuk oksohalida. Mereka disebut dengan tionil dan selenil halida contohnya:

SOF2               SOCl2             SOBr2

SeOF2              SeOCl2            SeOBr2

Tionil klorida merupakan cairan tidak berwarna dan mudah terbakar. Titik didih 78oC dan biasanya dibuat dengan cara:

PCl5 +SO2 → SOCl2 + POCl3

Beberapa senyawa tionil mudah terhidrolisis oleh air meskipun dalam proses hidrolisisnya berlangsung lambat, seperti dalam reaksi:

SOCl2 + H2O → SO2 + 2 HCl

SOCl2 digunakan oleh para ahli kimia organic untuk mengubah asam karboksilat menjadi asam klorida, selain itu juga digunakan untuk membuat asam logam anhidrat, seseai dengan reaksi;

SOCl2 + R-COOH → R-COCl + SO2

Struktur dari senyawa-senyawa oksohalida SOCl2 adalah tetrahedral dengan terdapatnya pasangan elektron bebas .

 Sulfuril klorida SO2Cl2 merupakan larutan yang tidak berwarna dalam udara lembab dan juga mudah terbakar dengan titik didik didih 69o C dan dibuat dengan mereaksikan SO2 dan CO2 dengan bantuan katalis. Selain itu sulfuril klorida juga dapat dibuat dengan mereaksikan SO2 dengan Cl2 dengan bantuan katalis FeCl3 sesuai dengan reaksi:

SO2 + Cl2 → SO2Cl2

 Senyawa SO2Cl2 digunakan sebagai agen klorinasi oleh para ahli kimia organik

3.2.            Pembentukan Hidrida

Semua unsur Golongan VI A dapat berikatan kovalen dengan hidrida seperti H2O, hidrogen sulfida H2S, dan hidrogen selenida H2Se. Air berwujud cair dalam suhu ruangan tetapi untuk yang lainnya berwujud gas dalam suhu ruangan dan cenderung beracun. H2S dan H2Se mudah larut dalam air dan mudah terbakar di udara dengan warna nyala biru

2 H2S + 3 O2 → 2 H2O + 2 SO2

 

 

Tabel Pembentukan Hidrida

 

Entalpi pembentukan (kJ/ mol)

     Sudut ikatan

     Titik didih

H2O

-242

H-O-H = 104o28’

100

H2S

-20

H-S-H =92o

-60

H2Se

+81

H-Se-H= 91o

-42

           

3.3.Pembentukan dioksida MO2

Dioksida diperoleh dengan pembakaran unsur-unsur di udara. Sulfur dioksida dihasilkan bilamana banyak sulfida dipanaskan di udara. Dioksida selenium dan telenium juga diperoleh dengan memperlakukan logam dengan asam nitrat panas membentuk berturut-turut H2SeO3, dan 2 TeO2.HNO3 dan kemudian memanaskannya untuk menghilangkan air atau asam nitrat (Cotton.2007 :367).

 

 

 

 

 

 

3.4.Pembentukan halida

Tabel pembentukan senyawa halida golongan VI A

 

MX6

MX4

MX2

M2X2

M2X

Lainnya

O

OF2

Cl2O

Br2O

O2F2

ClO2

BrO2

O3F2, O4F2, Cl2O6, Cl2O7, BrO3

S

SF6

SF4

SCl4

SF2

SCl2

S2F2

S2Cl2

S2Br2

SSF2, S2F4, S2F10

Se

SeF6

SeF4

SeCl4

SeBr4

Se2Cl2

Se2Br2

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

  1. 1.               Kesimpulan

Sifat fisika secara singkat dapat dijelaskan dengan tabel berikut ini :

Sifat fisika

Oksigen

Belerang

Selenium

Nomor atom

8

16

34

Nomor massa (g/mol)

15,999

32,06

78,96

Konfigurasi elektron

[He]2s2sp4

[Ne] 3s23p4

[Ar] 4s24p4

Jari-jari atom (nm)

0,074

0,103

0,117

Keelektronegatifan (eV)

3,44

2,60

2,55

Energi ionisasi (EI)

kJ/mol

EI1=1362

EI2=3512

EI3=5493

EI1=1036

EI2=2333

EI3=3483

EI1=975

EI2=2119

EI3=3082

Densitas (g/ml)

1,429*

1,14**

2,03a

1,96b

4,79c

4,28d

Titik didih oC

-182,96

444,7

684,9

Titik lebur oC

-218,4

112,8a

119,0b

217

Bilangan oksidasi

-2,-1

-2, +4, +6

-2,+4, +6

Afinitas elektron (eV)

1,461

2,077

2,021

a rombik; b monoklin ; c bentuk abu-abu;         d bentuk kaca; *fasa gas ; ** fasa cair pada -182,96 C                      

Kecenderungan sifat fisika dan kimia dari golongan VI A secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut ini:

  1. Titik didih dari atas ke bawah semakin bertanbah
  2. Densitas atom dari atas ke bawah semakin bertambah
  3. Energi ionisasi dari atas ke bawah semakin berkurang
  4. Afinitas elektron dari atas ke bawah semakin bertambah
  5. Jari-jari atom dari atas ke bawah semakin bertambah
  6. Keelektronegatifan atom dari atas ke bawah semakin berkurang

Pembentukan senyawa golongan VI A adalah sebagai berikut:

  1. Pembentukan senyawa halida.
  2. Pembentukan senyawa hidrida.
  3. Pembentukan senyawa dioksida.
  4. Pembentukan senyawa oksohalida.
    1. 2.               Saran

Apabia ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini baik yang kami sengaja maupun tidak, kami mohon kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif agar kami tidak melakukan kesalahan yang sama dalam penyusunan makalah dikemudian hari.

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Achmad, H. 2001. Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung: Citra Aditya Bakti

 

Cotton,F.A, Wilkinson, G. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press

 

Effendy. 2006. Teori VSEPR, Kepolaran, dan Gaya Antarmolekul. Malang : Bayu Media

Mulyono. 2008. Kamus Kimia. Jakarta: Bumi Aksara

    

 

 

Satu respons untuk “MAKALAH OKSIGEN, BELERANG DAN SELENIDA

jangan lupa komentar ya................